Oleh: Syafira Ayu Nitami
Banten adalah
provinsi pecahan Jawa Barat yang baru berdiri sejak awal tahun 2000 lalu.
Secara historis, kebudayaan Masyarakat Banten sedikit banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Sunda dan kebudayaan lain yang masuk ke Banten melalui jalur laut.
Perlu diketahui, pada masa silam, Banten merupakan kota pelabuhan yang ramai
dikunjungi oleh orang-orang dari seluruh dunia untuk melakukan kegiatan
perdagangan.
Pakaian Panganten Khas Pria Banten
Sesuai dengan namanya, pakaian adat
Panganten hanya digunakan oleh para mempelai ketika acara resepsi pernikahan.
Dari motif dan desainnya, pakaian ini sebetulnya sangat mirip dengan pakaian
pengantin adat Sunda. Untuk para pria, pakaian penganten dikenakan dengan
perlengkapan antara lain baju koko dengan kerah sebagai atasan, kain samping
atau batik khas Banten sebagai bawahan, penutup kepala, sabuk dari kain batik
dengan motif sama, selop, serta sebilah parang, golok, atau keris sebagai
pelengkapnya. Kenampakan dari baju adat Banten khusus untuk pengantin pria
dapat Anda lihat pada gambar berikut ini.
Ikat kepala (lomar) dengan motif telapak kerbau
(tapak kebo, Sunda) atau garuda yaksa berwarna dasar emas.
Tentu saja ikat kepala ini sudah dibuat pola, sehingga kamu tidak perlu meminta
bantuan siapapun lagi untuk mengikatnya. Pemakaian lomar ini merujuk pada
kebiasaan masyarakat Baduy. Ini juga memiliki arti eksistensi Banten, karena
suku Baduy menjadi kebanggaan Banten. Sedangkan untuk pemilihan motif telapak
kerbau atau garuda yaksa, melambangkan kegigihan dalam bekerja.
Perpaduan
antara motif telapak kerbau dengan warna emas melambangkan kedalaman hati, budi
pekerti, dan kecemerlangan pikiran dalam menatap masa depan. Selain itu, warna
emas juga menyimbolkan kemewahan, kekayaan penggunanya dan kesetiaan. Ini juga
merujuk pada makna kemakmuran, kesehatan dan kegembiraan masyarakat Banten.
Pada
pakaian khas laki-laki juga terdapat baju dalam berwarna putih dengan kerah
tinggi. Baju dalam ini mirip dengan baju koko, urbaners. Baju
dalam ini melambangkan religiusitas masyarakat Banten. Selain itu, melambangkan
kebhinekaan masyarakat Banten. Warna putih melambangkan kesucian, keikhlasan,
kebersihan dan ketepatan. Sedangkan kancing bulat berwarna hitam melambangkan
kebulatan tekad dalam berkarya, melaksanakan tugas dan kewajiban.
Selain
itu, jas berwarna hitam dengan motif daun hanjuang (cordyline fruticosa)
berwarna emas. Hitam pada jas ini melambangkan kekuatan, keanggunan, keteguhan,
kecanggihan dan ketenangan masyarakat Banten. Sedangkan daun hanjuang
melambangkan perjuangan, tanaman monokotil ini bisa hidup di mana saja dan
sering dipakai sebagai tanaman pembatas atau tanaman pelindung, baik di perkebunan,
ladang atau sawah penduduk. Artinya, masyarakat Banten mampu hidup dimana
pun, dalam keadaan apapun.
Pada
bagian pinggang, ada ikat tenun (beubeur) Baduy yang dijadikan
serupa sabuk. Ikat ini melambangkan kondisi yang gemah ripah loh
jinawi. Masyarakat Banten mengencangkan perut dalam rangka
kesederhanaan. Selain itu, ada sarung (samping) yang dipakai rangkap
di atas celana hitam polos. Motifnya sama seperti ikat kepala (lomar)
yang melambangkan pembauran Banten dengan Melayu. Singkatnya, kain ini menyatakan
keserumpunan dengan Melayu. Sementara untuk alas kaki, pakai selop hitam.
Pakaian Panganten Khas Perempuan Banten
Pakaian
perempuan cenderung lebih sederhana, urbaners. Untuk
motif kain dan selendangnya pun sama dengan motif ikat kepala dan sarung pada
pakaian pria.
Bagian pertama yang ada pada pakaian khas perempuan
Banten, yaitu kerudung berwarna krem yang merupakan identitas perempuan muslim.
Tapi kalau kamu bukan muslim, bagian ini bisa kamu abaikan. Bagian
selanjutnya yaitu kebaya encim berwarna krem dengan kerah sanghai tanpa
motif. Kebaya ini melambangkan ketulusan dan keikhlasan dalam berkarya. Untuk
bagian bawahnya, ada rok atau kain dengan motif telapak kerbau atau garuda
yaksa berwarna dasar emas. Rok atau kain ini melambangkan pembauran Banten
dengan melayu.
Bagian
lainnya yang ada pada pakaian khas perempuan Banten yaitu selendang bermotif
telapak kerbau atau garuda yaksa berwarna dasar emas. Pemakaiannya disampirkan
di pundak sebelah kanan. Ini melambangkan kepatuhan, kesehatan, kesetiaan dan
kegigihan dalam menerima amanah. Entah itu dalam keluarga, karir dan
kemasyarakatan. Selain itu, untuk alas kaki dipadukan dengan selop berwarna
hitam.
Komentar
Posting Komentar